Jumat, 15 Juli 2011

Indonesia; Jelang Ultah-mu Kini.

Indonesia. . .
Negri ini dibangun dengan lelehan peluh dan harum darah para pahlawan
Allahu Akbar, mereka pekikkan dengan lantang
Hanya demi sebuah kata MERDEKA!
Tapi kemana jejak juang Soekarno-Hatta kini berkobar?
Saat sejarah tak lagi punya makna
Melupakan mereka-mereka yang berjuang dengan nyawa.
                                              
Indonesia. . .
Banyak yang bilang negri ini tanah sorga
Ditumbuhi aneka rempah
Dipagari bentang samudera
Tapi kemana gerangan hasil rempah?
Rakyat jelata masih saja bergumul dalam susah.

Indonesia. . .
Banyak yang bilang negri ini serupa hijau zamrud khatulistiwa
Disesaki batu permata
Dialiri minyak mentah
Tapi kemana bergulir rupiah?
Para pahlawan devisa tetap saja budak di negri antah barantah.

Indonesia. . .
Yang aku tau kini, sarat lintah darat
Yang pada sesama mereka tega mengerat
Yang pada sodara mereka gemar menjerat
Hukum Tuhan tak ubahnya hukum boneka yang semau-mau mereka sulap.

Lalu tanah ini sorga bagi siapa?
Apa bagi mereka yang suka menindas sesama?
Mereka yang uangnya bisa dengan mudah membungkam massa?
Atau mereka para penguasa tak punya hati yang memimpin dengan nurani?

Indonesia. . .
Tanah ini milik kita yang menjunjung tinggi keadilan atas nama kemanusiaan.
Negri ini milik kita yang tak pernah rela dengan merajalelanya kemunafikan.
Bukan bagi mereka, para penguasa bertangan baja.
Bukan bagi mereka, para aristokrat berjiwa pengkhianat.
Sungguh bukan!!

..I Remember You, the Same Way I Remember this Poem..

..Promise yourself to be strong that nothing can disturb your peace mind.

To talk health, happiness and prosperity to every person you meet.


To make all your friends feel that there is something in them.


To look the sunny side of everything and make your optimism come true.


To think only the best, to work only for the best and expect only the best.


To be just as enthuastic about the success of others as you are about your own.


To forget the mistakes of the past and press on to the greater achievements of the future.


To wear a cheerful countenance at all times, and give every living creature you meet a smile.


To give so much time to the improvement of yourself, that you have no time to criticize others.


To be too large for worry, too noble for anger, too strong for fear, and too happy to permit the presence of trouble..



Bait-bait puisi karya Bapak C. D. Larson ini seakan melambai-lambai di depan mata tiap kali aku teringat tentang-mu.

Aku sudah memaafkan kesalahanmu, itu hal pasti. Sebab kamu bukan orang hebat yang bisa dengan mudah mempengaruhi ku.

Terima kasih untuk 'rasa' yang masih kau jaga.

But sorry to say my dear, I am not a boomerang; If you throw me away, I won't come back!

Maybe, If you want me back you'd better run after me and catch up with my energy.


That's it!!

*Ketika Aku Mencintaimu; Senandung Hati Seorang Istri


#My 1st Words for My Beloved Husband
16 Mei, 2012
Langit Cerah Bertabur Airmata Bahagia.

Bila ada keindahan yang mewujud utuh dalam seluruh dimensi
Dan menyentuh sepenuh rasa di jiwa
Itulah enam puluh detik ijab qabul.
Selamanya
Indahnya
Nyata
Insya Allah.

Hari ini aku merasa terlahir kembali.
Aku memilikimu tepat di hari lahirku.

#My 2nd Love Letter
01 Juni, 2012
This Is Our Nice and Cozy Hometown.

Di sini teduh hadir kukuh
Di kelopak cerah segala bunga
Di pucuk-pucuk hijau segala rasa.

Aa, di dada bidangmu ku ingin slalu terlelap
Bersama kidung merdu yang kau dendangkan
Dengan elusan lembut tanganmu di kepalaku.
Betapa damai!

#My 3rd Love Letter
03 Agustus, 2012
Gerimis di Musim Panas.

Aa Suamiku,
Hamba Allah yang dicintai-Nya.
Tentu Aa lelah ya?
Seharian Aa bekerja, menunaikan amanat-amanat dakwah
Juga mencari nafkah buat kami,
Istrimu dan janin dari benihmu yang kini bersemayam dalam rahimku.

Tapi aku mohon Aa,
Luangkanlah sedikit waktu untuk kontemplasi kita kali ini
Perenungan kita tentang hakikat cinta
Agar ia tak jadi kering, lantas terbang bersama angin dengan begitu ringannya.
Naudzu billahi min dzalik!

#My 4th Love Letter
14 Oktober, 2012
Hujan dan Angin Kencang.

Ketika pesona hadir di sini
Ku harap jabat eratnya mengikat segala molekul kasih
Yang bertebaran di udara
Lalu memampatkannya di ruang cinta hati kita.

Riak rasa di hati ini kian membuncah: Aku Mencintaimu!

#My 5th Love Letter
30 November, 2012
Langit Berbintang Bertabur Gemintang.

Tidakkah Aa sadari?
Dan aku baru menyadari
Bahwa cinta adalah lebih kasih dari sekedar rasa.

#My 6th Love Letter
09 Januari, 2013
Malam Sendu, Guntur Menderu Luruh.

Ada suatu masa
Ketika hati ini luluh dalam keluh
Menangkap duka di ruang mata mereka-mereka yang kita cinta.
Bersabarlah Aa Sayang!
Allah bersama kita.

#My 7th Love Letter
16 Maret, 2013
Aroma Tanah Semerbak Wangi diguyur Hujan.

Aa yang sholeh,
Yang kini tlah menjadi bagian atas raga ini
Tunjukilah apa-apa yang belum sampai padaku.
Jika aku salah, tegurlah aku dengan bening jiwa.
Maka niscaya kau akan mendapatiku tersungkur
Menangis di pangkuanmu dengan rela.

#My Last Love Letter with Loads of Love
16 Mei, 2013
Dini Hari yang Bening, Sebening Matamu.

Aa Sayang,
Kala cinta bertanya pada cinta
Imanlah jawabnya!

Setahun sudah kita merajut cinta.
Aku mencintaimu kemarin, kini, kelak, dan selamanya.
Begitu juga buah hati kita.
Semoga Allah mengukuhkan cinta di hati kita
Hingga sangkakala meretas nyawa.

*Terinspirasi dari sebuah buku dengan judul yang sama.

Minggu, 03 Juli 2011

Kinda Brief Outcry

I hate it when you lie.
I hate it when you make me high.
Even worse when you make me cry.

I hate it when you're not around.
And the fact that you didn't call.

But mostly I hate the way I don't hate you, not even close, not even a lil' bit, and not even at all.

I love it when you miss me.
I love it when you care about me.
Even better when you want to marry me.

But mostly I love the way you love me, my goodness, and my weaknesses.

Teruntuk seorang lelaki yg akan menjadi bagian atas raga ini, yang menyayangiku bukan sebab keelokan melainkan ketulusan. Di sini ku meringkuk merapalkan larik2 doa dalam hati, yg pada sajaknya kesetiaanku terpatri ;p

Surat Kecil Untuk Tuhan

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada orang lain.

Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu

Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu

Tuhan…
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya.

Tuhan…
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh
Agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya.

Tuhan…
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan kepada Ayah dan sahabat-sahabatku.

Tuhan…
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup kepada siapapun yang mengenalku.

Tuhan…
Surat kecilku ini adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali…

Ke dunia yang Kau berikan padaku.

                                                                                            *****

Adalah Gita Sesa Wanda Cantika gadis tangguh itu.
Dia biasa dipanggil Keke oleh orang-orang terdekatnya.
Seorang gadis manis, cerdas, aktif, dan memiliki banyak sahabat.
Kehidupan Keke bisa dibilang sempurna.
Dia terlahir di tengah keluarga berada.
Dikelilingi orang-orang yang mencintainya, Ayah dan kedua kakak lelakinya, serta sahabat-sahabatnya di sekolah. Mungkin hanya satu yang terasa kurang, sosok Ibu. Kedua orang tuanya telah bercerai hingga membuat Keke dan kedua kakak lelakinya harus memilih untuk tinggal bersama sang Ayah.

Kehidupan manusia tak ada yang sempurna memang.
Kehidupan Keke yang sangat dinamis berubah setelah dokter memvonisnya terserang kanker jaringan lunak stadium 3.

Keke tak pernah tau apa-apa, sebab sang Ayah dan keluarga besarnya merahasiakan penyakitnya.
Hingga akhirnya dia sendiri menyadari ada yang tidak beres dengan wajahnya.
Kanker itu menyerang jaringan yang membentuk wajahnya.
Dari sakit mata yang tak kunjung sembuh, mimisan yang terus menerus terjadi beberapa kali dalam sehari, hingga ia merasa hidungnya mati rasa disertai rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang wajahnya.

Perubahan di wajahnya juga membuatnya mendapat tatapan aneh dari teman-teman sekolah, termasuk sahabat-sahabatnya. Hingga ia mendengar ungkapan spontan dari seorang anak kecil yang ditemuinya bahwa wajahnya menyerupai monster dan telah membuat anak kecil itu ketakutan.

Keke menuntut kejujuran sang Ayah bahwa ia harus tau apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi tubuhnya, bahwa ia merasa sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya. Sang Ayah dengan hati teriris memberi tau kebenaran penyakit putri kesayangannya. Di sinilah perjuangan seorang Ayah benar-benar tak bisa terganti.

Inilah sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata kehidupan seorang gadis 13 tahun yang berjuang melawan kanker paling ganas dan pertama kali kasusnya terjadi di Indonesia, Rabdomiosarkoma atau bahasa lokalnya kanker jaringan lunak. Disebut-sebut sebagai kanker paling ganas sebab kanker ini mampu berkembang sangat cepat hanya dalam waktu lima hari saja.

Membaca novel ini saya seakan mendengar seorang Keke bercerita dari tempatnya, di surga.
Bagaimana dia, yang hanya seorang gadis 13 tahun, mampu berjuang melawan penyakitnya, -bahkan di saat kondisi tubuhnya  sudah melemah dia masih keukeuh mengikuti ujian akhir di kelasnya-. Bagaimana dia bertahan menjalani serangkaian pengobatan, mulai dari herbal, kemoterapi, hingga radioterapi, sampai tubuhnya harus lebam-lebam dan kehilangan seluruh helai rambutnya akibat efek kemoterapi yang begitu dahsyat. Tiga tahun lamanya ia berjuang hingga pada tanggal 25 Desember 2006 seorang Keke harus menyerah.

Sebuah buku yang membuat ribuan liter tetes airmata jatuh. Kisah perjuangannya pernah diulas dalam acara Kick Andy, setelah sebelumnya diterbitkan secara online di blog dan telah dibaca oleh ribuan pengunjung dunia maya. Pada tahun 2008 berhasil dicetak dan diterbitkan hingga mengalami cetak ulang sampai tahun 2011 ini dan menjadi best seller di beberapa toko buku di Indonesia dan Taiwan.

Gara-gara novel ini, saya harus ditegur oleh seorang Bapak-bapak di toko buku Gramedia karena tertangkap basah nangis sambil baca synopsis buku-nya. Gara-gara novel ini, saya dimarahi aErwan, kakak lelaki saya, karena tiba-tiba tanya gini: “Kalo osya meninggal, Aa bakal kehilangan kaga, bakal nangis kejer kaga?” *manjat pohon toge deh saya saking takutnya dimarahi*. Hingga pertanyaan itu terus bergema, “Kalau saya meninggal, akankah sahabat-sahabat saya merasa kehilangan dan mendoakan saya di sana?”

Sungguh sebuah novel yang bikin “hiks” dari awal hingga akhir halamannya. HIKS T.T

Flash Fiction

Tiba-tiba saja aku sudah berada di gerbong kereta menuju kota Tasikmalaya. Entah apa yang ada di otakku saat ini, aku tau aku nekat berangkat dari Jawa Timur ke Jawa Barat seorang diri. Dan ini untuk yang pertama kali.

Lalu laiknya time warp, lorong waktu, aku sudah berada di depan sebuah rumah sederhana. Rasaku mengatakan aku tidak asing dengan rumah ini. Serupa de javu. Ada damai di sana. Entahlah. Tapi aku merasakan demikian syahdu.

“Assalamualaikum”, dengan kikuk ku ucap salam.

“Wa’alaikum salam.” Seorang Ibu cantik yang tidak asing di mataku. Serta merta beliau memelukku dan menjatuhiku dengan kecupan bertubi-tubi. Dalam dekapannya kurasakan  mataku memanas. Aku tahu aku telah menumpahkan airmata di bahunya.

“Nak Osya kenapa gak bilang ke Ibu kalau mau ke Tasik? Sama siapa ke sini? Aduh… neng geulis meuni reseup pisan Ibu, Nak! Apih, ke sini Apih ini lihat siapa yang datang…” Masih mendekapku, beliau memanggil Apih, suaminya.

“Masya Allah, Nak Osya!! Ayah kangen pisan!!” Tubuhku kini berpindah dalam dekapan seorang pria gagah paruh baya, yang kupanggil Ayah. Tubuh kecilku tenggelam sudah. Aku melihat Ibu membelai punggungku sambil sesekali mengusap sudut matanya yang basah.

Hapunten Ibu, Ayah, osya baru bisa datang ke sini sekarang. Osya oge sono ka Ibu jeung Ayah.” Kalimat yang sedari tadi terkunci di tenggorokan akhirnya bebas meski tersendat dalam isak.

Ibu lalu menuntunku masuk ke sebuah kamar pertama. Jendelanya terbuka menghadap ke taman depan. Aku merasa heran, ada banyak photoku bertengger di sana. Saat sedang kupandangi photoku sendiri di dinding kamar, tiba-tiba aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. Aku sontak kaget. Belum sempat aku menoleh, tiba-tiba seseorang itu menghadapkan tubuhku. Kini dia memelukku dari depan.

“Jangan pergi, Chin! Aa mohon!”

“A, tolong lepas! Jangan seperti ini! Kita bukan muhrim!” Setengah berteriak dan dengan sekuat tenaga aku mendorong tubuhnya menjauh dariku.

“Maka jadilah yang mahram untuk Aa!”

Sayup-sayup ku dengar Symphoni Mozart mengalun. Ringtone HP-ku berbunyi, alarm otomatis.
Rupanya tadi aku cuma bermimpi. Ku lihat jam di layar HP, pukul 3 pagi.
Aku terlonglong duduk di pinggir tempat tidur. Ku dekap sendiri tubuhku; aku masih bisa merasakan dekapan lelaki itu dalam mimpi.

Ya Allah, mikir apa aku ini??!!

Tiba-tiba HP-ku memekik, ada SMS masuk.
“Siapa pula jam 3 gini SMS?!” pikirku.
Sebuah nama yang sangat aku kenal, dan ku baca isinya:

Chin, bangun. Tahajud yuk!”


Catatan:

“Aduh… neng geulis meuni reseup pisan Ibu, Nak!”: Aduh, cah ayu seneng banget Ibu, Nak!

Apih: Panggilan sayang untuk Ayah dalam Bahasa Sunda.

Pisan: Banget (Sunda).

Hapunten: Maaf (Sunda).

“Osya oge sono ka Ibu jeung Ayah.”: Osya juga kangen ke Ibu dan Ayah.