Selasa, 10 April 2012

Being Under The Spotlight --> My 1st E-Book







Ebook pertama saya "brojol" juga.

Being Under The Spotlight, begitulah saya menyematkannya, berisi pengalaman-pengalaman hidup yg bodoh, konyol, namun (saya harap) bernilai kontemplatif. Bisa didownload sesuka hati a.k.a gratis!

Jika terd......apat banyak keganjilan dalam tulisan ini, percayalah, saya hanya mencoba untuk jujur dalam menulis. Dan jika teman-teman banyak mendapati kalimat "awkward" di dalamnya, anggap saya salah baca. Mungkin hanya satu kesimpulan yang akan kalian temukan setelah memamah ebook ini: (calon) penulis Indonesia tak ada yang "sebinal" ini. Mungkin. Eh!

But, still, i hope you'll love laughin' along with me. That's that!

Here's the links:

http://t.co/R0eQlFL

atau

http://pustaka-ebook.com/download/BeingUnderTheSpotlight.pdf


Happy downloadin', folks :*

Selasa, 29 November 2011

Di Mata Sahabat


Beberapa hari yang lalu saya menerima SMS dari Mufah Hima Aini, salah satu sahabat terbaik saya.
Dia bilang, "Say, maaf tanpa izin dulu aku nulis tentang kamu."

Dua hari setelah itu saya baru sempat membaca tulisannya.

..and here is..

                                                                      --Osya Oshin—

"Tergoda aku tuk berpikir
dia yang tercinta
mengapa telah lama tak nampak..

Penggalan dari lagunya teh Rossa entittled Tegar, kenapa aku milih prologue ini karena saat memulai tulisan ini sambil menatap potongan gambar wajah dirinya sementara telingaku dimanjakan oleh lagu ini.
Koq malah terdengar seperti surat cinta buat mantan. *grrrhh*

Dia yang jauh di Gresik sana, satu dari wajah yang tak bisa kulupa.
Salah satu maniak aksara seperti aku juga.
Meski kenyataannya dia jauh jauh jauh dan jauh lebih binal dari aku dalam menuangkan isi pikiran lewat kata-kata.*piss ^O^ V.

Lebih agresif ketika menggambarkan suasana dengan barisan huruf dan rangkaian kata.
Dan tentu saja aku menggilainya.
Kalau ada kesempatan ketemu lagi pengen foto-foto ampe habis kapasitas data, ampe space di ponsel ato camdig ampun-ampun nyembah-nyembah minta-minta udah udah udah. hagagaga.

Aku berharap tidak ada seorangpun yang mengajukan pertanyaan ‘ kapan pertama ketemu Osya?’
Demi Allah,,aku lupa.
Sepertinya kami jadi dekat tanpa usaha.
At least seingatku sederhana karena kami satu kelas waktu kuliah sastra.
Itupun deketnya juga dah masuk semester akhir.

Sering tanpa sengaja ketemu di kampus, sering bareng waktu konsultasi, sering kongkow berdua janjian ma dosen. Hingga karena suatu hal aku terikat secara batin dengannya.
Sampai akhirnya sering spent time and jalan berdua mirip lesbian balapan,,,,Just one word for us,,songong,,,,

Aku iri dengan kesederhanaannya.
Aku suka menikmati kegilaannya memandang hidup.
Aku kagum dengan caranya memperlakukan sebuah kepahitan dunia.
Aku bener-bener naksir berat dengan caranya memilih kata-kata dalam semua tulisannya.
Aku belajar darinya tentang menertawakan kesedihan dan menangisi kebahagiaan.

Sekali lagi kami emang  gila!!!
Above all aku terpesona dengan pengetahuan agamanya.
Gila!!! Bikin nganga,,,,,

Aku semakin tak sanggup menahan jiwa dan raga untuk menjadi fans beratnya ketika kami ujian komphre bersama. Batinku berkata, gile nich cewek makannya apa’an bisa pinter kayak komputer?

Jadi inget juga di hari pergeseran sumbu kita makin lengket kayak permen karet ama karpet.
Pliz, jangan dibahas siapa permennya siapa karpetnya, bakalan gak kuat dan sampai hari inipun aku masih mengagumi semangatnya nyari suami.
Sungguh membangkitkan inspirasi. Xixixixi,,,,,

Dan masa setelahnya lebih mirip slide di power point, sekilas- sekilas meski hampir semuanya membekas.
Berharap kami bisa berkawan selamanya.
Berbagi banyak hal tentang hidup, dunia, jagat raya, dan bahasa.

Mungkin tak banyak yang bisa aku tulis.
Tapi percayalah banyak hal yang bisa kita bagi dan kita ukir bersama kelak. Love you!"

                                                            --- ***---



Entah kenapa saya nangis setelah baca tulisan dia.
Saya merasa di gampar berulang-ulang.
Lalu jatuh masuk comberan.

Saya jadi meraba hati.
Saya tidak sesempurna seperti apa yang dia gambarkan.

Pada kenyataannya, saya hanyalah gadis cengeng.
Pada kenyataannya, otak saya hanya selevel komputer pentium satu.
Pada kenyataannya, ilmu agama saya hanya sebatas teori.
Pada kenyataannya, saya hanyalah seorang hawa dengan kelemahan tanpa jeda.

Saya malu pada dia.
Saya malu pada Tuhan.
Ah, andai saja Dia tidak menutupi segala noda dan nista dalam diri saya..
Niscaya saya tak lebih dari seonggok daging tanpa nama.

Dan hey, perlu digarisbawahi..
Dia bilang, "dia jauh dan jauh lebih binal dari aku dalam menuangkan isi pikiran lewat kata-kata."
Saya jadi merasa tertohok.
Rupanya sudah banyak orang yang menjadi korban atas "kebinalan" kata2 saya *nunduk sedih*

Tapi saya tetap berharap semoga "kebinalan" itu tetap dalam tanda petik.
Sebab memang pada kenyatannya saya memang "binal".

Tak heran jika orang sekaliber Ustadz Erryk saja pernah bilang,
"Ya, itulah osya yg saya pertama terkaget karena tulisan2nya yg berani tanpa tedeng aling. Namun, ketika ketemu langsung ma osya, euh euuhh.. Si Osya ini kalem banget, lho..^_^"

Ah, saya makin malu
:((

Kamis, 13 Oktober 2011

Berita Dari Koran Bekas

Hari ini baca koran bekas, edisi 18 September 2011.

-Soal Pakaian Mini, MUI Dukung Bupati Aceh Barat-

Ada hal yang menggelitik saya di sini..

Bupati Aceh Barat mengatakan, "Perempuan yang tidak mengenakan pakaian sesuai dengan syariat Islam layak diperkosa."

Dear Bapak Bupati, bolehkah saya mengatakan sesuatu?

Saya sangat setuju dengan aturan memakai pakaian sopan bagi para gadis/wanita. SETUJU BANGET MALAH. Saya juga seorang muslimah, berjilbab. Dan saya juga suka risih kalau ada wanita berpakaian minim pamer di tempat umum.

Tapi tidak adakah kata-kata yang lebih pantas untuk didengar dan dibaca selain kata-kata: LAYAK DIPERKOSA??

Bapak, bukan soal aturan yang saya tentang. Tapi kata-kata Bapak lah yang bikin meradang.

Jika ada wanita yang berpakaian minim, lalu dia BOLEH DIPERKOSA, begitu maksud Bapak?

Jangankan yang berpakaian minim, Pak, yang berjilbab saja masih suka digoda.

Bukan berarti saya memihak mereka yang berpakaian minim itu lho, Pak. Bukan. Tapi bisakah Bapak, lain kali, lebih bijak lagi memilih kata agar tidak ada pihak yang terluka?!


Terimakasi, Pak.

Salam Damai