Jumat, 25 Maret 2011

MAGNUM ato MAGMA?

Semua orang menggilai Magnum.
Dan sy, sbg ice cream addicted, tak mau ketinggalan memburu Magnum.
Msh ingat peristiwa konyol saat itu

Di indomaret, wkt mau beli kebutuhan wanita bulanan, sy liat ada seonggok Magnum di lemari pendingin.
Tp kok cm ada sebiji.

Sy rogoh saku rok, cm ada uang 10 ribu perak. Yasalam!
Uang ini ngepas banget buat beli kebutuhan yang saat ini urgent.
Sy nyesel gak bawa uang lebih.
Dan si Magnum tinggal sebiji.
Sy dilanda dilema.

Sy coba putar otak.
Ke kanan. Ke kiri. Ke dpn. Ke blkng.
Dan orang2 datang karna sy dikira ayan.
Jiaahhaha *gak deng*

Tiba2 sy dpt ide yg cukup asoy.
Jeng jeeeeeenggg!

Sy buka lemari pendingin pelan2 dan sy obok2 semua eskrim di dlmnya.
Si Magnum sy sembunyiin di dasar lemari pendingin dan sy timbun dg eskrim2 lainnya.

''sabar ya Magnum. aku ingn selamatkn kamu hari ini dr jangkauan orang lain. skrg aku gk bawa uang. besok aku janji akan jemput kamu'', janji sy.

Besoknya, sy penuhi janji dg si Magnum.
Sy jemput Magnum dg haru, hati senang, copot sendal.
Hueeheheheheh

Lain Magnum lain pula crita eskrim yg lain.
Dan baru kmrn sy dan 3 teman sy mengalaminya.

Sore itu, kami duduk ngobrol dpn kantor.
Cape abis ngajar seharian.
Di tngh obrolan, lewatlah murid2 SMK kami sambil jilati eskrim.

Saya (sy), Mbak Adah (Mb. A), Mas Furqon (Mas F) masang tampang mupeng.
Kecuali Mbak Hida (Mb. H) yg lg bengong.

Sy *tny ke slh 1 siswi*: 'beli dmn?'

Dia *jilatin eskrim*: 'dpn, bu'

Sy: 'brp gt?'Dia: '1000, bu'

Sy *mangap*: 'hah? masa?'

Dia: 'iya bu, cm 1000'

Sy *bilang ke Mas F*: 'mas, ayoh beliin cm sarebu ini'

Mas F *nyodorin uang ke siswi*: 'hooh dah. tolong beliin ya. empat biji'

Mb. A: 'aseek!'

Sy: 'ayeiy!'

Mb. H: '. . .' *bengong.jaya*

Bbrp detik b'lalu.
Eskrim yang kami nantikan datang.
Kami b'tiga antusias.
Kecuali Mb. H yg msh bengong.

Mb. A *nyicip pake jari*: 'eh, kok rasanya gini?'

Mas F *nyicip pke lidah*: 'hahh! apaan iniih?' *sambil ngeden*

Sy *jilatin eskrim dg m'banteng buta*: 'ebuset ini eskrim jadi2an!' *sambil kejang*

Mb. H: 'HUUAAAAAAHHHAHA' *ketawa.setan*

Sore itu, kami b'tiga keracunan eskrim.
Rasanya ancur mina, mamen!
Kaya Magnum dicampur spirtus.

Saya speechless, entah karna efek keracunan ato apa.
Yeah, inilah bedanya eskrim yang harganya 10ribu dan eskrim yang cuma seceng.
Magnum yang rasanya endang bambang nendang2.
Dan, eskrim seceng itu bikin lidah kelu.
Huwwooouuuwww

Baru mau sy buang itu eskrim, murid sy bilang:

Dia: 'jgn dibuang, bu. biar sini sy ksi ke tmn2'

Sy+Mas F+Mb. A: 'HAH? TAPI INI BEKAS KITA GITU LOOOHH!'

Dia: 'gpp, bu. cm dikit ini nyicipnya td'

Dlm bbrp detik aja eskrim nista itu pindah tangan ke murid2 SMK sy.
Mereka menikmati skali eskrim jadi2an itu.
Mb. H ngakak ampe nangis.
Dan gantian kami yg bengong.
Menatap dengan nanar murid2 SMK kami.

Oh eskrim MAGMA!

PESAN MORAL:
Lain idung lain pula upilnya. Lain lidah lain pula rasanya.
saat sedih makanlah eskrim.
dijamin kesedihan kita akan lumer seiring lumernya eskrim di mulut. ayeiy!

Sekelumit Kisah Dari Pesantren

Orang bilang pesantren itu penjara suci.
Dan banyak juga yang menganggapnya pendidikan kuno.
Well, lemme tell ya!
It’s all awesome somehow.
Read my story through then.
Cekidot!

Selepas SMP, saya dibuang ke pesantren.
Seperti sudah tradisi di keluarga, semua kakak saya harus sekolah di luar kota.
Tak terkecuali saya.
Kata Bapak, “ayoh, cari ilmu di luar biar tambah pengalaman!”
Tapi kenapa juga mesti pesantren??
Kata beliau (lagi), “biar gak idup bebas, tau aturan agama dan mandiri!!”
Yeah, mungkin beliau khawatir melihat anaknya salah gaul.
Berhubung saya hidup masih bergantung orangtua, tak ada pilihan lain.
Bismillah, semua menjadi berkah.

Dan dimulailah kehidupan saya di pesantren.

Dari hari pertama saya masuk, saya udah nelangsa harus jauh dari orangtua.
Tidak ada satu orang pun yang saya kenal di pesantren.
Iri dengan teman2 akrab saya di SMP dulu yang melanjutkan sekolah di SMA.
Sementara saya??
Hidup di wilayah yang jauh dari peradaban.
Tanpa TV, tanpa Radio, tanpa hiburan.
Gak bisa liat acara MTV, serial Dawson’s Creek, request lagu di radio.
Aku manusia paling menderita!!! *lho?*

Tiap kali Bapak datang berkunjung hari jumat, saya kerap nangis.
*yeah, meski hanya nangis bawang sih*

Saya baru merasa sedikit betah setelah 6 bulan lamanya.
Itupun setelah melampaui berbagai deraan cobaan yang menyiksa bathin.
Tiap kali ada santri baru yang out karena tidak betah, hati saya pun tergoda.
Tapi saya tak pernah bener2 berani melakukannya.
Karena, entah mengapa, bayangan Bapak saya selalu hadir menenangkan.

Di pesantren. . .
Para santri dituntut mandiri dan bersosialisasi.
Tidur bersama 20 orang santri lainnya.
Berbagi makanan dengan teman sekamar.
Belajar bersama dengan suara riuh dan menggema.
Hidup di bawah kontrol bel yang memekakkan telinga.
Hidup yang serba harus antri.
Mau mandi antri, mau makan antri, bahkan buang hajat pun antri.
Hidup yang penuh aturan dan hukuman.
Telat ke masjid dihukum, gak ikut jamaah dihukum, nyolong mangga tetangga diuber orang sekampung.
*ya iyaalaaahh!*.

Saya sering dapat hukuman dari pengurus bagian pekerjaaan umum, karena saya selalu memakai sandal ke dalam kamar mandi.
Bukan bermaksud bandel, tapi menurut ilmu kesehatan yang saya tau, kalo ke kamar kecil mustinya memang harus pake alas kaki agar tidak ada kuman2 yang masuk lewat pori2 telapak kaki.
Aneh memang hukuman itu.
Akhirnya saya pun lebih rela telapak kaki saya dimasuki kuman, daripada dibantai pengurus.

Saya juga pernah dihukum pengurus bagian ta’lim gara2 datang sholat jamaah setelah adzan.
Yeah, bahkan datang setelah adzan berkumandang pun harus kena hukuman.
Padahal biasanya orang2 awam saja baru mau berangkat ke masjid setelah terdengar iqomah.

Para santri dituntut harus menguasai dua bahasa sekaligus: Arab dan Inggris.
Semua santri, tak terkecuali santri baru.
Seminggu Bahasa Arab, seminggu Bahasa Inggris.
Kalo ada yang menggunakan Bahasa Arab saat waktunya berbahasa Inggris atau sebaliknya, maka bersiaplah namanya dipanggil untuk menerima hadiah dari pengurus lari keliling lapangan bola sebanyak 10 putaran atau ngepel aspal. Hueeheheh. . .

Bahasa Inggris, bagi saya no problemo.
Kosa kata Inggris sudah banyak saya kantongi.
*maaf, bukan maksud sombong cuma pamer dikit. Hehehe.. sama deng yah!!*
Ternyata ada gunanya juga saya sering liat acara MTV dan film2 barat.
Bukan kebudayaan barat yang saya lihat, tapi saya tertarik dengan bahasanya.
Kalo dulu Bapak sering negur gak boleh liat film2 barat, kini beliau harus menyadari bahwa anak gadisnya jago debat ama bule. Aeeeehhhhh. . .

Lain Bahasa Inggris, lain pula Bahasa Arab.
Bisa dibilang Bahasa Arab saya nol bolong.
Kalo sekedar membaca Al Quran dengan tartil saya bisa.
Tapi kalo harus mampu berkomunikasi sehari2 dengan Bahasa Arab??
Nampaknya saya harus cuci otak dulu.
Sementara itu kemampuan Bahasa Arab saya, sebagai santri yang baru masuk saat kelas 1 Aliyah, harus bisa disetarakan dengan kemampuan santri lain yang sudah tinggal di pesantren sejak kelas 1 SMP.

Mungkin karena tuntutan keadaan juga (atau lebih karena gengsi terlihat bodoh di hadapan santriwan? Hehehe. .), saya selalu semangat untuk belajar.
Satu2nya bacaan favorit saya saat itu adalah Kamus (selain novel2 picisan juga tentunya :p).
Saya ingin bisa berbahasa Arab.
Saya harus tau nahwu dan shorofnya.
Saya harus tau artinya.
Tidak hanya sekedar bisa ngaji.
Siapa tau nanti punya suami seorang Ustadz, biar gak bikin malu.
Uooohh!! *ngarep*

Okeh, kembali masalah Bahasa Arab.
Masih inget saya pernah diejek adik2 kelas 3 SMP gara2 salah kosa kata.
Waktu itu saya sakit hati, dan terbersit doa:
“Ya Allah, jadikan kemampuan bahasa saya melebihi mereka dan nanti saya jadi pengurus bagian bahasa agar bisa menghukum orang2 yang menertawakan saya hari ini. Amin.”

Memang benar bahwa doa orang yang terdlolimi itu maqbul.
Dan voila, doa saya dikabulkan Allah.
Saat saya kelas 2, saya jadi wakil ketua pengurus bagian bahasa di organisasi.
Saya pun dapat kesempatan menghukum adik2 kelas yang pernah mengejek saya waktu itu.
Saya hukum mereka karena menggunakan Bahasa Arab di saat seharusnya menggunakan Bahasa Inggris.
Hahahaha. . .

Entah karena nama saya yang mudah diingat ato karena saya aktif (baca: BAWEL) di kelas, saya jadi dikenal para ustadz. Alhasil, tiap kali ada pertanyaan saya kerapkali jadi sasaran utama.
Tapi Alhamdulillah, Allah selalu pemurah.
Dia sering membisikkan jawabannya.
Kalaupun saya juga sering salah jawab, itu karena memang saya yang bodoh.

Kata orang, masa SMA itu masa2 romansa dengan lawan jenis.
Namun hal itu tidak berlaku bagi saya yang sekolah di pesantren.
Jangankan mikirin cowo, mikir pelajaran pondok saja otak saya sudah bebal.
Mata pelajaran yang semua bahasanya menggunakan Bahasa Arab.
Dan harus dipelajari dengan menghafal tiap hari.
Ilmu Mustholah Al Hadist, Muqaranatul Adyan, Fiqh, Ushul Fiqh, Tafsir, Balaghah, dan bla bla bla.
Belum lagi kegiatan ekstra yang menguras tenaga.
Muhadatsah tiap abis shubuh, Muhadloroh 2 kali seminggu, belum lagi pelajaran umum yang juga menuntut untuk diperhatikan.
Semua membuat saya mimisan.

Meski termasuk pesantren modern, tapi bangunannya masih sangat sederhana.
Bahkan ada salah satu bagunan yang bisa dibilang reot dan tidak layak huni.
Saya sempat menempati bangunan itu selama 6 bulan, namanya Dar Abu Bakar.
Bangunan yang penuh dengan tikus yang selalu gerilya di malam hari.
Bangunan yang kerap disinggahi kucing untuk buang hajat.
Bangunan yang kayunya menjadi tempat favorit bagi rayap, semut, dan serangga lain.

Lemari pakaian saya pernah jadi korban santapan semut hitam dan rayap itu.
Pernah pada suatu malam, saat semua lelap tidur, tepat di samping saya ada hewan sejenis kepiting dengan kedua sumpit yang siap menjapit.
Agaknya hewan itu masuk lewat lubang dinding karena tripleknya bolong.
Dan saya hampir jadi korban japitannya, kalo saja saya tidak bangun saat itu.

Di bangunan itu pula hampir tiap hari tercium kotoran kucing di bawah jendela.
Mungkin karena seringnya membau aroma tersebut, hidung saya tak lagi peka.
Ibu saya, yang saat itu mengunjungi, sampai menangis melihat kondisi kamar yang saya tempati. Tapi tumben, saat itu saya dengan bijak bilang: “gak apa2 biar nanti kalo harus idup susah dengan suami gak kaget lg”. *sumpah, saya aja yang ngomong gitu kaget :D*

Menu makan yang selalu ganti tiap hari.
Tiga kali sehari: pagi, siang, malam.
Dan menu favorit saya adalah PECEL.
Biasanya disajikan hari Jumat pagi setelah kerja bakti.
Saya selalu lahap.
Bagi saya pecel itu rasanya endang bambang kejang2!!

Setelah lulus dari sana, saya menyadari banyak hal.
Salah kalo orang bilang pesantren itu penjara.
Justru dari pesantren saya merasakan kehidupan yang sebenarnya.
Suka duka. Tangis tawa.
Meski tidak betah, tapi toh saya tetap bertahan sampai lulus dengan gemilang.
Bahkan saya tercatat sebagai satu2nya santriwati yang cuma sekali izin pulang.
Itupun karena sakit. Aneh, mengingat dari hati yang terdalam saya gak betah.

Pesantren. . .
Memberi saya banyak pengalaman, pelajaran, dan kesan.
Mengajarkan saya kesederhanaan, kebersahajaan, kekuatan, kesabaran, dan kebersamaan.
Menuntun saya untuk lebih mendalami agama yang saya yakini kebenarannya.
Saya bersyukur dibuang ke pesantren.
Setidaknya dengan mengenyam pendidikan di pesantren, bakat tengil saya sedikit terkikis. Hueeehehehehe ^_^

P. S.

- My beloved Father, terima kasih yang mendalam, telah memberikan pendidikan terbaiknya.

- Para Ustadz, semoga ilmu yang kalian ajarkan pada kami menjadi amal jariyah di hadapanNya. Salam takzim.

- To all my classmates in High School, I miss you, fellas!


what dya think??

..MANUSIA atau BINATANG??..

Apakah kita masih merasa menjadi manusia? Mari kita merenung sejenak!!

Dalam Al Quran manusia itu mahluk paling sempurna diantara mahluk Allah yg lain. Manusia tak diberi pilihan unt menjadi mahluk lain dlm bentuk fisik. Tapi kata Al Quran jg, manusia memilih jd mahluk lain dlm bentuk non-fisik yg derajatnya justru lebih rendah dr mahluk fisik sendiri.

Manusia dibekali akal dan hati unt bisa membedakan mana yg baik dan mana yg buruk. Tapi seringkali dg dalih ''manusia adalah tempatnya lupa'', kita dg mudah mengatakan ''maaf saya khilaf'' setelah berbuat salah. Padahal manusia adalah satu2nya mahluk yg diberi kesadaran secara utuh: kesadaran akan diri, alam, dan Tuhan. Namun yg terjadi adalah kita jarang menggunakan potensi kesadaran itu dan lebih tergiur untuk menjadi mahluk lain.

Bagaimana bisa?

Coba kita tengok sejenak di luar sana. Saat ingin jd orang kaya dg cara instan, ada yg menyulap diri jd TIKUS BERDASI. Saat ingin kebutuhan hidup serba yahut tp apa daya uang saku tak cukup, ada yg mengubah status jd AYAM KAMPUS. Saat ingin dianggap gaul dan playboy berat, ada yg bangga jd BUAYA DARAT.

Kedudukan mereka disetarakan dg binatang. Tapi jgn salah, rujukan atas perilaku2 tersebut tak sekedar julukan sesaat. Karena sadar ato tidak, mereka memang sedang dibinatangkan dan membinatangkan dirinya sendiri.

Di sisi lain, tidak jarang jg binatang menjadi mahluk yg paling diagung2kan bahkan dianggap pahlawan. Lihat saja Batman, Catwoman, Spiderman, Uler Kadutman *eh?!*

Dg bentuk fisik manusia dan dilengkapi kekuatan binatang, mereka berhasil melakukan aksi kepahlawanan. Binatang dlm wujud manusia -ato manusia dlm wujud binatang?- mampu melindungi dunia ini dari kejahatan dan angkara murka *uooh!*.. Para pahlawan nasional aja kalah tenar dg mereka.

Tanpa disadari, kita sendirilah yg menciptakan kehidupan manusia menjadi lebih rendah dr kehidupan binatang. Binatang menjadi lebih agung derajatnya drpd manusia. Lalu, kehidupan macam apa ini sesungguhnya?? *jangan tanyakan pada rumput yg bergoyang! pokoknya JANGAN!!*

Sabtu, 19 Maret 2011

*Belajar Grammar Bukan Solusi Tepat Menguasai Bahasa Inggris*


Selama ini kita meyakini bahwa belajar grammar adalah langkah dasar untuk menguasai Bahasa Inggris. Setidaknya kita telah mengenal dan mempelajari Bahasa Inggris selama kurang lebih 6-12 tahun. Namun, pada kenyataannya kemampuan Bahasa Inggris kita tidak lebih baik dari seorang anak bule yang masih berusia 4 tahun. Jangankan bisa berkomunikasi dengan lancar, kosa kata Bahasa Inggris kita saja masih kalah jauh dengan anak bule usia 4 tahun tersebut.
Perlu kita sadari bahwa model pembelajaran grammar yang selama ini diterapkan agaknya bukan merupakan solusi yang tepat untuk membuat seseorang lancar berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Kita patut bertanya, mengapa seorang anak usia 4 tahun yang belum lancar baca-tulis mampu berbahasa Inggris dengan lancar dibandingkan dengan kita yang sudah mempelajari Bahasa Inggris dan menguasai baca-tulis? Dari sini agaknya kita bisa tahu bahwa belajar dengan metode baca-tulis kurang efektif jika dibandingkan dengan metode dengar-bicara. Bisa kita ambil contoh nyata, bahwa seseorang yang buta sejak lahir ia masih mampu berbicara dengan lancar, namun seseorang yang tuli sejak lahir ia akan mengalami kesulitan dalam berbicara.
Jika kita telusuri lebih lanjut, kemampuan penguasaan Bahasa seseorang ditentukan oleh otak kiri. Otak kiri, atau biasa disebut Left Hemisphere, memiliki tiga bagian (Broca’s Area, Wernicke’s Area, dan Sylvian Fissure) yang ketiga-tiganya berhubungan dengan produksi, pemahaman, dan aktualisasi kemampuan bahasa seseorang. Dengan mengetahui mekanisme kerja otak, kita harus mengubah paradigma berpikir dan belajar bahwa akan lebih efektif menggunakan model belajar dengar-bicara (yang melibatkan otak kiri) daripada model belajar baca-tulis (yang melibatkan otak kanan) untuk mempelajari bahasa. Dengan kata lain, jika seseorang ingin menguasai bahasa maka harus lebih banyak melibatkan telinga (dengar-bicara) daripada melibatkan mata (baca-tulis).
Lalu bagaimana solusi yang tepat untuk dapat menguasai dan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dengan lancar? Berikut beberapa langkah yang seharusnya diterapkan:
1. Belajar harus diawali dengan lebih banyak berlatih mendengar dan berbicara, misalnya menonton film-film Berbahasa Inggris sambil menirukan bunyi kata (pronunciation) yang diucapkan dengan sesekali mencocokkan pada subtitle yang tertera, atau dengan mendengar lagu-lagu barat.
2. Telinga (mendengar) harus banyak dilibatkan untuk menerima bahasa daripada mata (membaca). Dengan kata lain, seseorang harus terlebih dahulu bisa berbicara dan memahami orang lain yang berbicara Bahasa Inggris sebelum menguasai baca-tulis dalam Bahasa Inggris.
3. Abaikan dulu grammar, sebab mempelajari grammar sebelum bisa berbicara hanya akan menghambat penguasaan bahasa. Jika seseorang mempelajari grammar sebelum mampu berkomunikasi, maka ia hanya akan merasa takut salah berbicara karena tidak sesuai dengan aturan grammar.
4. Jangan menghafal vocabulary (kosa kata) sebelum bisa conversation pattern (percakapan). Artinya, untuk menerima bahasa harus dalam bentuk frase atau kalimat, dan bukan kata-perkata. Contoh, A smart boy (frase), I’m falling in love with a smart boy (kalimat). Bukan dalam bentuk kata saja, seperti: Smart, Boy, Love, dsb.
5. Input bahasa, baik dalam bentuk frase maupun kalimat, yang telah diperoleh dari banyak mendengar dan berbicara harus dilatih terus-menerus dan diulang-ulang hingga membentuk ingatan (memory) jangka panjang di otak.











Radith dan Ronaldo, Dua Pacar Baruku









Hamster adalah salah satu hewan favorit saya, selain Koala.

Karena Koala sulit didapet di Indonesia, akhirnya saya putuskan untuk melihara Hamster.

Sebenarnya keinginan untuk melihara Hamster sudah tertanam sejak dulu dalam lubuk sanubari. Waktu masih kost di Malang dulu, saya sempat ingin beli di pasar minggu. Tapi berhubung para penghuni kost pada takut, saya pun urung. Padahal apa coba yang musti ditakutkan dari seorang seekor Hamster? *takut mah ama laba-laba dongs, kerenan dikit napah?!*

Nah, kemaren adik saya pulang bawa Hamster. Dan ternyata oh ternyata, bukan hanya satu tapi dua hamster. Huwwoouuuww!! *iya, dia emang adik yg baik* *aheemm*

Sebenarnya, Hamster itu buat kado ultah saya bulan Mei nanti.

Lha kok dikasi sekarang??

Karena saya udah ngebet ama tuh Hamster, akhirnya dia saya rongrong tiap hari biar dikasi sekarang aja. Heuekekek

Waktu ketemu si Hamster, saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama *pandangan ke-2 dst mah pengen nyiksa. hahaha*

Yang satu bulu hitam, satunya lagi bulu pirang. Pas deh, yang satu negro, yang lain bule. Ayeeiiyyy!!

Kita kenalan, tapi entah kenapa dua Hamster itu cuma gerak-gerakin kumis aja, gak ngomong, tidak juga bilang “Hai”. Merasa dicuekin, saya ambil si Hamsters *pake akhiran-S kan bentuk jamak* dan saya toyor palanya lalu saya banting di lantai, kali aja abis itu bisa ngomong. Hahaha. . .

Rupanya setelah saya toyor pun, si Hamsters tak jua mau ngomong. Mungkin mereka masih malu-malu kucing hamster, jadi saya maklum.

Saatnya untuk kasi nama si Hamsters.

Sempet terjadi kebingungan yang melanda jiwa.

Mau saya kasi nama apa inih??

Beberapa nama sempet mampir: Ashton Kutcher, Billy Joel, Ben Affleck, Josh Harnett, Rob Pattinson, atau Channing Tatum. . . *ebusseeett ini hamster apa selebriti Hollywood??*

Akhirnya dua buah nama muncul dengan tiba-tiba: R.A.D.I.T.H dan R.O.N.A.L.D.O. Dua buah nama yang amat sangat gaool sekali banget.

Usut punya usut, Radith adalah nama penulis favorit saya –RadityaDika- dan Ronaldo adalah pemain bola terseksoy sepanjang masa CR9. Heuehehehhh. . .

Setelah itupun saya sering ngajak Radith-Ronaldo *RaRo* ngobrol.

Karena Hamsters ini dari ras negro dan pirang, saya slalu ngajak ngobrol pake Bahasa Inggris. Kali aja emang gak ngerti Indonesia :p

Biasanya sebelum keluar rumah, saya pamit. Pulangnya pun saya slalu treakin “Howay, I’m Hooooommeee!”, dan seperti biasanya RaRo cuma gerak-gerakin kumisnya, mungkin artinya “Wooiiii, berisik amat sih luu!!” *bbuueeehehehhe*

Karena sudah tinggal sekamar berdua, ikatan batin kita pun terjalin hangat *tsah*

Kalo saya gendong Radith, Ronaldo loncat-loncat. Begitu juga kalo saya gendong Ronaldo, giliran Radith yang jerit-jerit. Mungkin mereka iri, eh ato cemburu?? *hanya Tuhan Yang Tahu, pemirsaaah!*

Untuk menghindari kecemburuan sosial di kalamgan hamster, akhirnya saya pun memutuskan untuk mengangkat mereka berdua jadi pacar. Kita saling berjanji untuk saling setia dan hanya kematian yang memisahkan kita. Dan saya resmi punya pacar dua. Uooohh!!

Setelah saya menyadari bahwa antara majikan dan piaraan itu tidak bisa bersatu di pelaminan, akhirnya kami memutuskan untuk menjadi sahabat dekat saja. Awalnya saya takut RaRo tidak terima dan bunuh diri dengan nekat melakukan gerakan kayang, tapi ternyata tidak. Syukurlah mereka tidak broken heart setelah saya putus.

Dengan kehadiran RaRo, kehidupan saya jadi lebih indah dan bermakna.

Kalo sebelumnya saya bisa tidur di kamar dengan tenang dan hening, kini setelah ada RaRo saya slalu bangun malem dengan ekspresi kaget gara-gara denger suara krauk-krauk si RaRo lagi makan. Dulu kalo lagi BeTe gak ada objek buat dibantai, kini ada RaRo yang slalu siap dirantai. Hahaha *ketawa setan*

Untuk urusan makan, ternyata RaRo juga cukup bawel.

Kirain suka wortel, eh mereka ogah. Giliran dikasi kubis campur nasi goreng, eh mereka lahap. Saya kasi biskut Monde Butter Cookies sama Better juga doyan.

Lain hari saya sodorin upil, eh jari saya yang digigit. Hahaha *gak deng!*

Sepertinya benar dugaan saya, mereka dari ras bule.

Tapi kalo untuk urusan kebersihan, saya yang rewel.

Saya gak mau dicap sebagai majikan jorok.

Tiap dua hari sekali kandang RaRo saya bersihin dan si RaRo saya mandiin.

Gak tanggung-tanggung, RaRo kalo mandi pake sabun citra cair.

Kali aja nanti bulunya bisa semulus kulit majikannya *gak ngaruh sih*, trus setelah mandi saya pake-in hair dryer biar bulunya gak jabrik *padahal majikannya aja gak penah pake hair dryer. huhuhu*

Kalo kata orang hubungan batin antara majikan dan piaraan itu sangat erat, sepertinya hal itu emang bener. Baik Radith maupun Ronaldo gemar sekali membaca. Yah, tentu saja hobi baca itu nurun dari saya. Hahaha *blagu*

Mungkin nanti gentian saya yang niru hobi mereka: Melihara Kumis!!

P.S.

Untuk adikku, Furqoniyah, makasi ya hamsternya.

Ditunggu lagi kado kedua di bulan Mei. Hahahaha :D

Lotta Love ^^v