Rabu, 23 Juni 2010

Tiga Tingakatan Manusia *cekidot carefully*

"Ilahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa 'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi"

Tau doa di atas kan?
Yak, itu doa untuk merayu Tuhan!! *menurut saya*

Tau siapa penuturnya?
Yuhuu, Abu Nawas!!

Tau siapa gerangan Abu Nawas?
Oke, dia adalah salah satu tokoh yang tersohor kerna cerita2 humornya.
Sama seperti Nashruddin Hoja juga Syekh Juha yang terkenal sebagai sufi yang lucu namun cerdas.
*mungkin di Indonesia kayak Kabayan kali ya, si urang Sunda*

Ada beberapa kisah beliau yang begitu indah.
Salah satu yang membuat hati saya gerimis adalah kisah yang akan anda baca setelah ini:

*jeeng jeeeeng*

Suatu hari ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama.

Orang pertama: "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa2 besar ato yang mengerjakan dosa2 kecil?"

Abu Nawas: "Orang yang mengerjakan dosa2 kecil."

Orang pertama: "Mengapa?"

Abu Nawas: "Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan."


Setelah orang pertama pulang, orang kedua masuk dan menanyakan hal yang sama.

Orang kedua: "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa2 besar ato yang mengerjakan dosa2 kecil?"

Abu Nawas: "Orang yang tidak mengerjakan keduanya."

Orang kedua: "Mengapa?"

Abu Nawas: "Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan."

Orang kedua pun setelah mendengar jawaban dari Abu Nawas langsung puas dan pulang. Orang ketiga pun masuk dan bertanya hal serupa.

Orang ketiga: "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa2 besar ato yang mengerjakan dosa2 kecil?"

Abu Nawas: "Orang yang mengerjakan dosa2 besar."

Orang ketiga: "Mengapa?"

Abu Nawas: "Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu."


Mengapa pertanyaan yang sama menghasilkan jawaban yang berbeda??
Tahukah kalian, kawan??
Oke, mari kita tanya Abu Nawas!!


Berikut penuturan Abu Nawas beberapa abad lalu *Jeng jeeeeeeng (lagi)*:

Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati.

Orang dengan tingkatan mata bagaikan anak kecil yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu kecil kerna ia hanya menggunakan penglihatannya.

Orang dengan tingkatan otak diibaratkan sebagai orang pandai yang melihat bintang di langit sebagai sesuatu yang besar kerna ia menggunakan pengetahuannya.

Orang dengan tingkatan hati ditamsilkan sebagai orang yang pandai dan mengerti. Ia pun melihat bintang sebagai sesuatu yang kecil meskipun ia tahu bintang itu sebenarnya besar. Kerna bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu pun yang besar jika dibandingkan dengan ke-Maha-Besar-an Allah.


Begitulah penuturan bijak dari seorang filusuf besar sekaligus sufi cerdas, Abu Nawas.
Keren kaaann jawabannya??!!
Keren doooong kedondong marimaridong!!
*kalo gak keren mah gak bakal ditampilin di note*

Oke, see ya di note ekeu berikutnyah.
Take always care, folks =.=

0 comments:

Posting Komentar

Thanks for the comments, pals.
Follow me and Keep always in touch.