Minggu, 03 Juli 2011

Surat Kecil Untuk Tuhan

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada orang lain.

Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu

Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu

Tuhan…
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya.

Tuhan…
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh
Agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya.

Tuhan…
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan kepada Ayah dan sahabat-sahabatku.

Tuhan…
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup kepada siapapun yang mengenalku.

Tuhan…
Surat kecilku ini adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali…

Ke dunia yang Kau berikan padaku.

                                                                                            *****

Adalah Gita Sesa Wanda Cantika gadis tangguh itu.
Dia biasa dipanggil Keke oleh orang-orang terdekatnya.
Seorang gadis manis, cerdas, aktif, dan memiliki banyak sahabat.
Kehidupan Keke bisa dibilang sempurna.
Dia terlahir di tengah keluarga berada.
Dikelilingi orang-orang yang mencintainya, Ayah dan kedua kakak lelakinya, serta sahabat-sahabatnya di sekolah. Mungkin hanya satu yang terasa kurang, sosok Ibu. Kedua orang tuanya telah bercerai hingga membuat Keke dan kedua kakak lelakinya harus memilih untuk tinggal bersama sang Ayah.

Kehidupan manusia tak ada yang sempurna memang.
Kehidupan Keke yang sangat dinamis berubah setelah dokter memvonisnya terserang kanker jaringan lunak stadium 3.

Keke tak pernah tau apa-apa, sebab sang Ayah dan keluarga besarnya merahasiakan penyakitnya.
Hingga akhirnya dia sendiri menyadari ada yang tidak beres dengan wajahnya.
Kanker itu menyerang jaringan yang membentuk wajahnya.
Dari sakit mata yang tak kunjung sembuh, mimisan yang terus menerus terjadi beberapa kali dalam sehari, hingga ia merasa hidungnya mati rasa disertai rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang wajahnya.

Perubahan di wajahnya juga membuatnya mendapat tatapan aneh dari teman-teman sekolah, termasuk sahabat-sahabatnya. Hingga ia mendengar ungkapan spontan dari seorang anak kecil yang ditemuinya bahwa wajahnya menyerupai monster dan telah membuat anak kecil itu ketakutan.

Keke menuntut kejujuran sang Ayah bahwa ia harus tau apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi tubuhnya, bahwa ia merasa sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya. Sang Ayah dengan hati teriris memberi tau kebenaran penyakit putri kesayangannya. Di sinilah perjuangan seorang Ayah benar-benar tak bisa terganti.

Inilah sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata kehidupan seorang gadis 13 tahun yang berjuang melawan kanker paling ganas dan pertama kali kasusnya terjadi di Indonesia, Rabdomiosarkoma atau bahasa lokalnya kanker jaringan lunak. Disebut-sebut sebagai kanker paling ganas sebab kanker ini mampu berkembang sangat cepat hanya dalam waktu lima hari saja.

Membaca novel ini saya seakan mendengar seorang Keke bercerita dari tempatnya, di surga.
Bagaimana dia, yang hanya seorang gadis 13 tahun, mampu berjuang melawan penyakitnya, -bahkan di saat kondisi tubuhnya  sudah melemah dia masih keukeuh mengikuti ujian akhir di kelasnya-. Bagaimana dia bertahan menjalani serangkaian pengobatan, mulai dari herbal, kemoterapi, hingga radioterapi, sampai tubuhnya harus lebam-lebam dan kehilangan seluruh helai rambutnya akibat efek kemoterapi yang begitu dahsyat. Tiga tahun lamanya ia berjuang hingga pada tanggal 25 Desember 2006 seorang Keke harus menyerah.

Sebuah buku yang membuat ribuan liter tetes airmata jatuh. Kisah perjuangannya pernah diulas dalam acara Kick Andy, setelah sebelumnya diterbitkan secara online di blog dan telah dibaca oleh ribuan pengunjung dunia maya. Pada tahun 2008 berhasil dicetak dan diterbitkan hingga mengalami cetak ulang sampai tahun 2011 ini dan menjadi best seller di beberapa toko buku di Indonesia dan Taiwan.

Gara-gara novel ini, saya harus ditegur oleh seorang Bapak-bapak di toko buku Gramedia karena tertangkap basah nangis sambil baca synopsis buku-nya. Gara-gara novel ini, saya dimarahi aErwan, kakak lelaki saya, karena tiba-tiba tanya gini: “Kalo osya meninggal, Aa bakal kehilangan kaga, bakal nangis kejer kaga?” *manjat pohon toge deh saya saking takutnya dimarahi*. Hingga pertanyaan itu terus bergema, “Kalau saya meninggal, akankah sahabat-sahabat saya merasa kehilangan dan mendoakan saya di sana?”

Sungguh sebuah novel yang bikin “hiks” dari awal hingga akhir halamannya. HIKS T.T

0 comments:

Posting Komentar

Thanks for the comments, pals.
Follow me and Keep always in touch.